Khutbah I
إنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ مَنْ بَعَثَهُ
اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ هَادِيًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا بَلَّغَ
الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ فَجَزَاهُ اللهُ عَنَّا
خَيْرَ مَا جَزَى نَبِيًّا مِنْ أَنْبِيَائِهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى كُلِّ رَسُولٍ أَرْسَلَهُ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، فَإِنِّي أُوصِيكُمْ
وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيرِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ
كِتَابِهِ: ﴿يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا
رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ (الْحَجّ: 77)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada
kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang
dan diharamkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rajab telah pergi meninggalkan kita semua. Hitungan tahun
hijriah telah membawa kita memasuki bulan Sya’ban 1441 H. Bagaimana tuntunan
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dalam bulan Sya’ban?. Apa saja keutamaan
bulan Sya’ban?. Peristiwa-peristiwa penting apa saja yang terjadi pada bulan
Sya’ban?. Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan khutbah
dengan tema “keutamaan bulan sya’ban dan peristiwa-peristiwa penting di
dalamnya”.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan
kepada kita bahwa beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebagaimana
diceritakan oleh Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Maknanya: “Tidaklah aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadlan dan aku tidak melihat
beliau berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan
kepada kita mengapa beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban seperti
disampaikan oleh sahabat Usamah bin Zaid radliyallahu ‘anhu:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ (أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ)
Usamah bin Zain bertanya: Wahai Rasulullah, aku tidak
melihatmu berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban. Nabi bersabda: “Sya’ban adalah
bulan yang dilalaikan oleh manusia, yang jatuh antara Rajab dan Ramadlan.
Sya’ban juga bulan diangkatnya amal perbuatan secara umum (yang dilakukan
selama setahun) ke suatu tempat di langit yang dimuliakan oleh Allah Sang
Pemilik alam semesta, dan aku senang jika amal perbuatanku diangkat sedangkan
aku dalam keadaan berpuasa” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan al-Baihaqi)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Terkadang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa
Sya’ban lalu menyambungnya dengan Ramadlan seperti disampaikan oleh Sayyidah
Aisyah radliyallahu ‘anha:
كَانَ أَحَبَّ الشُّهُوْرِ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَصُوْمَهُ شَعْبَانُ ثُمَّ يَصِلَهُ بِرَمَضَانَ (أَخْرَجَهُ أحمدُ وأبو داودَ والنَّسَائِيُّ)
Maknanya: “Bulan yang paling disenangi Rasulullah untuk
berpuasa sunnah di dalamnya adalah Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya
dengan puasa Ramadlan” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa’i)
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang
berpuasa Sya’ban sebulan penuh dan terkadang beliau berpuasa di sebagian besar
bulan Sya’ban seperti diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Para ulama salaf juga memberikan keteladanan kepada kita
bahwa jika bulan sya’ban telah tiba, mereka banyak membaca al-Qur’an serta
menunaikan zakat mal untuk membantu orang-orang mempersiapkan bekal memasuki
Ramadlan. Mereka juga meninggalkan berbagai kesibukan duniawi dan beralih untuk
bersiap-siap menyambut bulan suci Ramadlan. Di bulan Sya’ban, mereka
memperbanyak puasa, dzikir dan shalat malam. Mereka menamakan Sya’ban sebagai syahrul
qurra’ (bulan para pembaca al-Qur’an).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di bulan Sya’ban ini terdapat satu malam yang berlimpah
barokah dan bergelimang kebaikan, yaitu malam Nishfu Sya’ban atau malam 15
Sya’ban yang tahun ini jatuh pada Rabu malam Kamis, tanggal 8 malam 9 April
yang akan datang. Ada beberapa hadits tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban.
Di antaranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا (رواه أبو دود)
Maknanya: “Jika tiba malam Nishfu Sya’ban, maka shalatlah
(sunnah) pada malam harinya (malam lima belas) dan berpuasalah (sunnah) pada
siang harinya (hari kelima belas)” (HR. Abu Dawud)
Meskipun hadits ini berstatus dla’if, akan tetapi para ulama
menyatakan bahwa hadits dla’if boleh diamalkan pada anjuran melakukan keutamaan
amal perbuatan dan hadits itu masuk dalam keumuman dalil syara’ yang dapat
dipedomani. Apalagi Imam Ibnu Hibban menyatakan kesahihan sebagian hadits
tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Di antara hadits yang beliau nilai
sahih adalah:
يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ والطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ)
Maknanya: “Allah merahmati para hamba-Nya di malam Nishfu
Sya’ban, maka Ia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang yang musyrik dan
seorang muslim yang ada permusuhan, kedengkian dan kebencian terhadap muslim
lain karena urusan duniawi” (HR. Ibnu Hibban, ath-Thabarani dan al-Baihaqi)
Imam Syafi’i mengatakan dalam kitab al-Umm:
“Telah sampai berita kepada kami bahwa dulu pernah
dikatakan: sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam jum’at, malam
hari raya idul adlha, malam idul fitri, malam satu Rajab dan malam Nishfu
Sya’ban.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa peristiwa penting dalam lintas sejarah yang
terjadi di bulan Sya’ban, di antaranya adalah:
- Pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriah, turun perintah tentang kewajiban berpuasa Ramadlan.
- Pada Sya’ban tahun keenam hijriah, terjadi perang Banil Mushthaliq.
- Pada Sya’ban tahun 333 H, Imam Abu Manshur al-Maturidi wafat.
- Pada Sya’ban tahun 324 H, Imam Abul Hasan al-Asy’ari wafat.
Kedua imam tersebut sangat berjasa dalam memperjuangkan dan
membela aqidah Islam, aqidah yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radliyallahu ‘anhum. Keduanya
tidaklah membawa aqidah baru. Ibarat seorang petani, yang beliau berdua lakukan
adalah merawat tanaman, menyirami dan memupuknya serta memagari sekelilingnya untuk
menjaganya dari siapa pun atau apa pun yang berpotensi merusaknya. Keduanya
tidak menanam benih, sebab benihnya sudah ada. Dikarenakan jasa-jasa keduanya,
golongan Ahlussunnah wal Jama’ah kemudian dinisbatkan kepada keduanya. Jika
disebut Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah para penganut
madzhab Asy’ari dan Maturidi dalam bidang aqidah (Asy’ariyyah dan
Maturidiyyah).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat
dan membawa barakah bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ
الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ
اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ،
وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ
وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌعِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ
أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Ustadz Nur Rohmad,
Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro
Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto
0 komentar:
Posting Komentar