Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ
مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (آل عمران: 30)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tidak terasa, sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan telah tiba.
Hari-hari terakhir Ramadlan ini akan menjadi saksi mengenai apa yang kita lakukan,
apakah kita mampu mengisinya dengan berbagai kebaikan, ataukah kita termasuk
mereka yang lalai, lengah dan teledor. Inilah saatnya kita berburu pahala.
Inilah saatnya kita berburu ridla Allah. Inilah saatnya kita menuju kemenangan.
Inilah saatnya kita menuju hari yang fitri. Betapa banyak orang yang ingin
menyambut kedatangannya, tapi jatah hidupnya telah habis. Betapa banyak orang
yang berharap untuk bertemu dengannya dan memperoleh barokahnya, tapi ajal
memutus harapannya. Kita bersyukur, Allah masih memberikan kesempatan kepada
kita untuk bertemu dengan hari-hari terakhir Ramadlan kali ini. Semoga kita
diberi kekuatan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin dan mengisinya dengan
berbagai ketaatan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Jika telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadlan, apa yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?. Sayyidah ‘Aisyah
radliyallahu ‘anha menceritakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ ،
أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ، وَشَدَّ الْمِئْزَرَ (مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ)
Maknanya: “Adalah Rasulullah apabila sepuluh malam terakhir
Ramadlan telah tiba, beliau menghidupkan malam dengan shalat dan berbagai
ibadah, membangunkan keluarganya untuk shalat malam dan ibadah-ibadah yang
lain, bersungguh-sungguh dalam beribadah melebihi apa
yang biasanya dilakukan dan tidak menggauli istri-istrinya” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Sepuluh hari terakhir Ramadlan adalah di antara waktu yang paling
baik untuk berdoa. Di dalamnya terkumpul banyak sekali waktu-waktu yang mulia
dan mustajabah, yaitu sepuluh malam terakhir Ramadlan, sepertiga malam
terakhir, sesaat setelah adzan dikumandangkan, waktu setelah selesai shalat
lima waktu, dalam keadaan sujud, pada saat berkumpulnya umat Islam dalam
majelis-majelis kebaikan, majelis-majelis dzikir dan ilmu. Semua itu terkumpul
dalam sepuluh hari terakhir Ramadlan. Waktu-waktu tersebut kita manfaatkan
untuk terus menerus berdoa, doa kebahagiaan dunia akhirat, memohon ampunan dosa,
keberkahan rezeki, panjang umur dalam ketaatan, terhindar dari segala macam
musibah dan wabah, dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
وَيُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُوْلُ دَعَوْتُ
فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي (أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Maknanya: “Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selagi ia
tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan dengan mengatakan: aku telah berdoa tapi
belum juga dikabulkan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Lebih-lebih lagi apabila doa itu dipanjatkan sembari melakukan
i’tikaf di masjid. Pada sepuluh malam terakhir Ramadlan, Rasulullah selalu
merutinkan i’tikaf di masjid sampai beliau meninggal dunia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada sepuluh malam terakhir ini, kita juga dianjurkan berburu
lailatul qadr, malam yang perbuatan baik di dalamnya lebih utama daripada
perbuatan baik selama seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan. Allah memang
merahasiakan kapan lailatul qadr itu terjadi. Akan tetapi Rasulullah
memerintahkan kepada kita untuk memburunya pada sepuluh malam terakhir di bulan
Ramadlan. Dan kalau kita ingin memperoleh barokah lailatul qadr secara pasti,
maka kita hidupkan seluruh malam pada bulan Ramadlan dengan berbagai ibadah dan
ketaatan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
Maknanya: “Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadr
(dengan shalat dan berbagai ibadah) dengan dilandasi keimanan dan niat semata
mengharap ridla Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang yang telah lalu”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Marilah menuju hari raya, hari
kemenangan, hari kembali kepada fitrah, dengan memanfaatkan sepuluh hari
terakhir ini untuk melakukan berbagai ibadah dan ketaatan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto.
0 komentar:
Posting Komentar